Pengusaha Timur Tengah Butuh 15 Ton Robusta
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Kopi asal Sumatera (Sumatera Coffee) tak kalah saing dengan jenis kopi top lain. Banyak diminati di luar negeri. Tak terkecuali pengusaha asal Timur Tengah.
Seorang pengusaha kopi ibu kota, Racha, bahkan rela datang ke Sumsel. Dia bermaksud mendapatkan sendiri 15.000 kg (15 ton) kopi jenis Robusta dari Bumi Sriwijaya.
Racha mengungkapkan itu, saat mampir ke Graha Pena, markas Sumatera Ekspres, kemarin (14/8).
Dia mencari biji kopi yang masih basah alias baru petik. “Sesuai pesanan dari rekanan pengusaha di Timur Tengah. Kami akan berusaha dapatkan 15 ton itu di Sumsel,” katanya.
Tiba di Palembang, ia sudah mengumpulkan berbagai informasi terkait potensi kopi dan harga jual.
“Kami sanggup beli Rp37 ribu per kilogram,” ucap Racha. Namun ia melihat ada permainan harga yang tidak lagi wajar.
Bukan petani kopi yang dapatkan untungnya. Tapi semacam pengepul atau sejenisnya. Padahal, harusnya, petani kopi bisa langsung menikmati harga yang lumayan tinggi ini.
“Mungkin di tingkat petani, biji kopi yang baru petik di angka Rp10 ribu atau tidak sampai.
Tapi dibeli dan dijual lagi jauh lebih tinggi oleh mereka-mereka itu. Harganya gak masuk lagi. Jadi bukan petani yang sejahtera,” bebernya.
Kendala lain, ia melihat tidak ada petani yang bisa sekaligus menyediakan 15 ton.
Karena itu, Racha berencana ke beberapa daerah penghasil kopi di Sumsel. Seperti Muara Enim, Lahat dan Pagaralam maupun Empat Lawang.
“Target kami, sampai akhir bulan ini dapat 15 ton untuk memenuhi kontrak itu. Kalau ini bisa tercapai, maka bisa kontinu,” jelasnya.
Dengan cara ini, ia berusaha membantu petani kopi di Sumsel untuk dapat harga bagus untuk biji kopi baru petik.
Sejalan dengan pencarian 15 ton Robusta, Racha juga berusaha mendapatkan 19 ton kopi jenis Arabica.
“Sabtu lalu, dapat pesanan pengusaha Turki, yang minta minimal satu kontainer (sekitar 19 ton) kopi Robusta dan Arabica. Jadi ini peluangnya luar biasa,” tuturnya.
Racha berharap dukungan dari berbagai pihak untuk ia bisa membantu mengenalkan kopi Indonesia, termasuk dari Sumsel ke luar negeri.
Salah satu daerah di Sumsel yang cukup banyak tanaman kopi yakni Empat Lawang. Namun, produksinya turun hampir 40 persen pada tahun ini.
“Satu hektare rata-rata hasilkan 700 kilogram. Per tahunnya produksi kopi di Empat Lawang lebih kurang 53 ribu ton dari total luas lahan 62 ribu hektare,” ujar Kepala Dinas Pertanian Empat Lawang, Hendra Lezi melalui Kabid Perkebunan, Robinson.
Menurutnya, ada dua klaster perkebunan kopi di Empat Lawang. Pertama, kebun kopi di perbukitan.
Kedua, kebun kopinya dekat pemukiman penduduk. Untuk pengelolaan pascapanen dari kebun di dekat permukiman tidak terkontrol.
“Biasanya warga jemur 2-3 hari. Padahal, belum kering betul. Itulah yang buat mutu kopinya kurang,” jelasnya. Beda dengan kopi hasil dari kebun perbukitan.
Para petani panen yang benar-benar masak. Lalu menjemurnya pada tenmpat khusus selama 7 hari.
“Setelah itu kopi disimpan tempat khusus, sembari menunggu harga yang bagus, baru jual,” beber Robinson.
Ia menambahkan, kopi Robusta Empat Lawang sudah diakui cita rasanya secara nasional.
“Kemarin kita berada di nomor 7 kopi terlezat di Indonesia. Tapi karena pengelolaan kurang memadai makanya kurang dilirik,” pungkasnya.(*/mh/eno)
Sumber: https://sumateraekspres.bacakoran.co/pengusaha-timur-tengah-butuh-15-ton-robusta/3/
Baca juga
Properti Pasca pandemi COVID-19
Perubahan Pasar Properti Pasca Pandemi Covid-19
Silaturahmi dan Halal Bihalal ke Sultan Iskandar Muda Palembang
Investasi Sektor Properti Naik 12% Tembus Rp 36,1 Triliun
Wujudkan Mimpi Pekerja Informal di Sumsel Miliki Rumah Rakyat Go Green