Pengusaha Timur Tengah Butuh 15 Ton Robusta

15 Agustus 2023

Pengusaha Timur Tengah Butuh 15 Ton Robusta

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Kopi asal Sumatera (Sumatera Coffee) tak kalah saing dengan jenis kopi top lain. Banyak diminati di luar negeri. Tak terkecuali pengusaha asal Timur Tengah.

Seorang pengusaha kopi ibu kota, Racha, bahkan rela datang ke Sumsel. Dia bermaksud mendapatkan sendiri 15.000 kg (15 ton) kopi jenis Robusta dari Bumi Sriwijaya.

Racha mengungkapkan itu, saat mampir ke Graha Pena, markas Sumatera Ekspres, kemarin (14/8).


Dia mencari biji kopi yang masih basah alias baru petik. “Sesuai pesanan dari rekanan pengusaha di Timur Tengah. Kami akan berusaha dapatkan 15 ton itu di Sumsel,” katanya.

Tiba di Palembang, ia sudah mengumpulkan berbagai informasi terkait potensi kopi dan harga jual.


“Kami sanggup beli Rp37 ribu per kilogram,” ucap Racha. Namun ia melihat ada permainan harga yang tidak lagi wajar.

Bukan petani kopi yang dapatkan untungnya. Tapi semacam pengepul atau sejenisnya. Padahal, harusnya, petani kopi bisa langsung menikmati harga yang lumayan tinggi ini.


“Mungkin di tingkat petani, biji kopi yang baru petik di angka Rp10 ribu atau tidak sampai.

Tapi dibeli dan dijual lagi jauh lebih tinggi oleh mereka-mereka itu. Harganya gak masuk lagi. Jadi bukan petani yang sejahtera,” bebernya.


Kendala lain, ia melihat tidak ada petani yang bisa sekaligus menyediakan 15 ton.

Karena itu, Racha berencana ke beberapa daerah penghasil kopi di Sumsel. Seperti Muara Enim, Lahat dan Pagaralam maupun Empat Lawang.

“Target kami, sampai akhir bulan ini dapat 15 ton untuk memenuhi kontrak itu. Kalau ini bisa tercapai, maka bisa kontinu,” jelasnya.

Dengan cara ini, ia berusaha membantu petani kopi di Sumsel untuk dapat harga bagus untuk biji kopi baru petik.

Sejalan dengan pencarian 15 ton Robusta, Racha juga berusaha mendapatkan 19 ton kopi jenis Arabica.


“Sabtu lalu, dapat pesanan pengusaha Turki, yang minta minimal satu kontainer (sekitar 19 ton) kopi Robusta dan Arabica. Jadi ini peluangnya luar biasa,” tuturnya.

Racha berharap dukungan dari berbagai pihak untuk ia bisa membantu mengenalkan kopi Indonesia, termasuk dari Sumsel ke luar negeri.

Salah satu daerah di Sumsel yang cukup banyak tanaman kopi yakni Empat Lawang. Namun, produksinya turun hampir 40 persen pada tahun ini.

“Satu hektare rata-rata hasilkan 700 kilogram. Per tahunnya produksi kopi di Empat Lawang lebih kurang 53 ribu ton dari total luas lahan 62 ribu hektare,” ujar Kepala Dinas Pertanian Empat Lawang, Hendra Lezi melalui Kabid Perkebunan, Robinson.

Menurutnya, ada dua klaster perkebunan kopi di Empat Lawang. Pertama, kebun kopi di perbukitan.


Kedua, kebun kopinya dekat pemukiman penduduk. Untuk pengelolaan pascapanen dari kebun di dekat permukiman tidak terkontrol.

“Biasanya warga jemur 2-3 hari. Padahal, belum kering betul. Itulah yang buat mutu kopinya kurang,” jelasnya. Beda dengan kopi hasil dari kebun perbukitan.


Para petani panen yang benar-benar masak. Lalu menjemurnya pada tenmpat khusus selama 7 hari.

“Setelah itu kopi disimpan tempat khusus, sembari menunggu harga yang bagus, baru jual,” beber Robinson.
Ia menambahkan, kopi Robusta Empat Lawang sudah diakui cita rasanya secara nasional.

“Kemarin kita berada di nomor 7 kopi terlezat di Indonesia. Tapi karena pengelolaan kurang memadai makanya kurang dilirik,” pungkasnya.(*/mh/eno)

Sumber: https://sumateraekspres.bacakoran.co/pengusaha-timur-tengah-butuh-15-ton-robusta/3/



Baca juga

6 Juni 2023
Properti Pasca pandemi COVID-19
Pasca pandemi COVID-19, pasar properti mengalami perubahan yang signifikan, mislanya Perubahan Pola Permintaan: "Kebutuhan dan preferensi konsumen terhadap properti telah berubah. Banyak orang sekarang mencari rumah yang menawarkan ruang tambahan untuk bekerja dari rumah, seperti ruang kerja atau area yang dapat diubah menjadi kantor. Selain itu, permintaan terhadap properti yang menawarkan akses mudah ke ruang terbuka, taman, atau fasilitas rekreasi juga meningkat".
6 Juni 2023
Perubahan Pasar Properti Pasca Pandemi Covid-19
beberapa perubahan yang signifikan dalam pasar properti, misalnya seperti : Perubahan Preferensi Rumah: Setelah penguncian dan bekerja dari rumah, banyak orang menghargai ruang tambahan dan kenyamanan di rumah. Permintaan untuk rumah dengan ruang kerja, taman, atau ruang terbuka telah meningkat. Selain itu, lokasi yang lebih terpencil atau pinggiran kota yang menawarkan lebih banyak ruang juga menjadi populer. Pertumbuhan Pasar Real Estate Digital: Pandemi telah mempercepat adopsi teknologi di industri properti. Penjualan rumah secara virtual, tur virtual, dan pemasaran online semakin umum. Platform daring yang menghubungkan pembeli dan penjual properti juga semakin populer. Kenaikan Permintaan Ruang Komersial Alternatif: Banyak perusahaan mengadopsi kerja jarak jauh atau fleksibilitas kerja setelah pandemi. Ini telah mendorong permintaan akan ruang komersial alternatif seperti co-working spaces, ruang fleksibel, atau ruang kolaboratif. Pengusaha semakin mencari solusi yang lebih adaptif dan ekonomis untuk kebutuhan perkantoran mereka.
13 Mei 2023
Silaturahmi dan Halal Bihalal ke Sultan Iskandar Muda Palembang
Bapak ir. Judy Liestianto selaku pimpinan dari PT. Asri Rancang Selaras beserta rombongan dari Srikandi Sriwijaya Palembang melakukan silaturahmi dan halal bihalal ke kediaman Sultan Iskandar Muda di Jalan Torpedo Palembang
6 Mei 2023
Investasi Sektor Properti Naik 12% Tembus Rp 36,1 Triliun
Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) di sektor properti sepanjang kuartal I 2023 naik 12% menjadi Rp 36,14 triliun dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp 32,15 triliun Investasi properti mencakup perumahan, kawasan industri, perkantoran, hotel, dan restoran.
7 Februari 2023
Wujudkan Mimpi Pekerja Informal di Sumsel Miliki Rumah Rakyat Go Green
Awal tahun 2023 ini, merupakan tahun kebahagian Diki S, seorang sopir ojek online (ojol) di Palembang Sumatera Selatan (Sumsel). Bapak dua anak yang menikah sejak tahun 2017, bermimpi ingin punya hunian rumah layak bagi keluarga kecilnya kini.